Thursday, January 14, 2021

Pariwisata di Tengah Pandemi (Coban Rondo, kabupaten Malang)

 

Pariwisata merupakan salah saktor sektor yang medapatkan dampak terbesar akibat COVID-19. Ini dibuktikan dengan menurunya permintaan wisatawan domestik maupun mancanegara. Indonesia merasakan dampaknya karena merupakan salah satu pilihan tujuan wisata. Pandemi menyebabkan penurunan pendapatan negara yang berasal dari pariwisata. Penyebab penurunan pariwisata juga diakibatkan pembatasan atau yang biasa disebut dengan PSBB dalam upaya mencegah COVID-19. Hal-hal yang terkena dampak seperti PAD (Pendapatan Asli Negara), devisa negara, dan juga pendapatan masyarakat yang hidupnya sangat dipengaruhi oleh pariwisata juga mendapatkan kerugian. Secara keseluruhan pandemi memberikan dampak signifikan pada lebih dari 10 ribu perusahaan di sektor pariwisata.

Namun secara perlahan, tentunya para pelaku industri pariwisata berusaha untuk mulai membangkitkan pariwisata dengan menerapkan berbagai strategi dan menyesuaikan dengan protokol kesehatan yang ada. Sejumlah strategi telah dilakukan untuk merevitalisasi gairah pariwisata sekaligus beradaptasi dengan kondisi pandemi saat ini. Kemenparekraf pada 26-28 November 2020 di Bali sempat menggelar Rapat Koordinasi Nasional membahas amplifikasi kebijakan, program serta langkah rekativasi dan pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif yang berdampak akibat pandemi COVID-19. dr. Terawan yang ssat itu masih menjuabat sebagai Menteri Kesehatan mengatakan kegiatan ekonomi perlu dijalankan mengingat masyarakat perlu mendapat kesempatan untuk berusaha, namun tetap mengutamakan protokol kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.

Coban Rondo

Salah satu daya tarik wisata yang masih menjalankan operasional pariwisata di tengah pandemi COVID-19 adalah Wisata Coban Rondo yang berlokasi di Kabupaten Malang. Wisata Coban Rondo adalah salah satu tujuan wisata alam yang cukup terkenal di Kabupaten Malang. Wisata Coban Rondo telah dibuka kembali sekitar bulan Juli 2020 setelah sebelumnya tutup sementara akibat pandemi yang mulai menyebar di Indonesia, pembukaan kembali wisata Coban Rondo ini telah mengantongi izin dari Disparbud Kabupaten Malang. Wisata Coban Rondo mendapatkan izin ini setelah pihak pengelola yaitu PT. Perhutani Alam Wisata mengirimkan surat dengan tembusan ke Bupati Kabupaten malang terkait persiapan untuk kembali membuka lokasi wisata. Lalu pihak Disparbud akan melakukan peninjauan langsung ke lokasi wisata yang mengajukan izin. Mereka akan mengecek kelayakan tempat wisata itu untuk beroperasi kembali. Agar bisa melewati tahap ini, pengelola harus memprioritaskan penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Selain penggunaan masker dan jaga jarak untuk seluruh pengunjung dan karyawan, di kawasan wisata juga harus ada tempat cuci tangan memakai sabun.




Wisata Coban Rondo masih menjadi daya tarik wisata yang diminati oleh wisatawan berbekal nama yang sudah terkenal. Namun tak bisa dipungkiri, pandemi Covid-19 telah menurunkan jumlah pengunjung secara signifikan. Jika dulu ada ribuan pengunjung, sekarang hanya ratusan. Saat ini, rata-rata 300 hingga 500 pengunjung pada hari biasa dan 700 hingga 1000 pengunjung pada akhir pekan. Wisata Coban Rondo tak hanya menyajikan air terjun sebagai atraksi utama, namun juga memiliki atraksi lain yang tak kalah menarik seperti Kebun Mawar, kebun Organiki, Labirin, panahan, menembak, flying fox, beberapa taman dan spot swafoto. Coban Rondo sudah memiliki fasilitas yang lengkap dan memadai. Terkait dengan pandemi COVID-19, terdapat arahan melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 yang mengaharuskan para pelaku wisata menyediakan fasilitas pencegahan dan pengendalian COVID-19, Wisata Coban Rondo sudah menjalankannya. Tiap sudut atraksi wisata di Coban Rondo, pengelola sudah menyiapkan tempat cuci tangan dengan sabun. Di pintu gerbang masukpun terdapat penanda jaga jarak dan mengharuskan para wiatawan unbtuk mengecek suhu tubuh.

Kesiapan pencegahan COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan oleh Wisata Coban Rondo telah dilakukan sangat baik dan maksimal oleh para pengelola, dibuktikan dengan diraihnya Wisata Alam Terbaik II di East Java Tourism Award. hasil ini juga mendapatkan apresiasi tersendiri dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Malang. Nominasi ini diajukan oleh Kadisparbud Kabupaten Malang. Pemilihan wisata berdasarkan segi kesiapan protokol kesehatan. Wisata Coban Rondo dipilih karena dinilai paling siap menerapkan protokol kesehatan, juga dalam hal kebersihan, kesehatan, dan keamanan. "Dan kita memasukkan wisata yang sesuai dengan disarankan oleh panitia. Kita memilih dan memilah sambil berkoordinasi dengan pengelola wisatanya apakah siap atau tidak," ungkap Kadisparbud Kabupaten Malang. Melalui prestasi ini, diharapkan pengelola wisata lain agar menyiapkan protokol kesehatan secara maksimal, agar para wisatawan tak takut kembali untuk datang ke tempat wisata tersebut. Setelah wisatawan tidak takut lagi untuk datang ke tempat wisata, maka tempat wisata tersebut nantinya akan kembali ramai lagi dan dapat memulihkan pendapatan yang sebelumnya menurun drastis

Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna, Kontribusi untuk Bumi

Dengan nama yang kini terdengar cukup populer, Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna merupakan kawasan ekowisata bahari yang terletak di pesisir selatan Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Kawasan ini memiliki luas sebesar 117 Ha dan dikelola oleh oleh masyarakat lokal Sendang Biru yang tergabung dalam Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru. CMC Tiga Warna merupakan destinasi wisata yang menerapkan sistem Sustainable Tourism atau pariwisata berkelanjutan dengan tiga pilar, yaitu nilai ekologi (menghutankan kembali mangrove dan merehabilitasi terumbu karang, dan ditetapkan menjadi Marine Protected Area atau MPA), peningkatan nilai sosial sumber daya manusia, dan perningkatan ekonomi masyarakat. Mengutip penjelasan dari Founder Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru, “Konsep pariwisata berkelanjutan ini adalah dasar dari kami untuk membentuk brand Clungup Mangrove Conservation. Jadi kami ingin menjual destinasi wisata sekaligus berkampanye untuk lingkungan. Karena dalam konsep pariwisata berkelanjutan ada beberapa unsur yang harus dilakukan, salah satunya adalah konservasi dan ecotourism, maka dari situlah kami menamai wisata ini sebagai Clungup Mangrove Conservation dengan embel-embel terbaru adalah Ecotourism Site. Selain itu, di Kabupaten Malang sendiri belum ada destinasi wisata yang menerapkan prinsip ekowisata dengan alur masuk yang cukup rumit bagi beberapa mass tourism, tapi kami jamin bahwa di dalam pantai pengunjung dapat menikmati setiap proses perjalanan serta atraksi dan membawa cerita pengalaman sendiri saat setelah berkunjung kemari”.

Kawasan CMC Tiga Warna terbagi menjadi dua area konservasi yang menjadi karakteristik dari destinasi wisata, yaitu area konservasi Mangrove yang terletak di Pantai Clungup dan Pantai Gatra, serta area konservasi terumbu karang yang terletak di Pantai Sapana, Pantai Mini, Pantai Batu Pecah, dan Pantai Tiga Warna. Kawasan destinasi ekowisata bahari CMC Tiga Warna ini merupakan perpaduan antara hutan mangrove yang menyatu dengan area perlindungan bawah laut. Karakteristik tersebut membangun suasana menyatu dengan alam, jauh dari kebisingan, dan sangat layak dijadikan sebagai destinasi wisata dengan keramahan lingkungan serta kebermanfaatannya untuk perlindungan alam dan masyarakat. Sehingga, kawasan ini menerapkan konsep sistem pengelolaan, berupa reservasi dengan jumlah maksimal 100 wisatawan per hari dalam kurun waktu dua jam, penetapan hari libur kunjungan mingguan, semster dan tahunan untuk memelihara ekologi destinasi konservasi dan ekowisata CMC Tiga Warna, serta pemberlakuan sistem checklist barang bawaan yang berpotensi menjadi sampah bagi wisatawan ketika masuk dan keluar. Sistem checklist ini diterapkan untuk menjaga kebersihan kawasan, terutama sampah non organik yang sangat sulit terurai.

Aksesibilitas untuk menuju kawasan CMC Tiga Warna dapat dikatakan cukup baik karena berada di Jalus Lintas Selatan (JLS) dengan kondisi perkerasan jalan yang baik. Ketika sampai di pintu masuk, wisatawan akan ditemani oleh pemandu wisata selama perjalanan dengan berjalan kaki. Dalam rangka menjelajahi destinasi wisata CMC Tiga Warna yang luas, pihak pengelola menyediakan beberapa atraksi yang berbeda di setiap pantai bagi wisatawan. Wisatawan dapat menikmati pemandangan biota laut dengan atraksi snorkling dan diving di Pantai Tiga Warna, atau dengan atraksi kano di Pantai Gatra. Wisatawan juga dapat menikmati pemandangan laut dengan berlayar menggunakan perahu dari Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap. Bagi wisatawan yang memiliki ketertarikan dengan dunia memancing, CMC Tiga Warna memiliki fasilitas berupa unit rumah apung. Selain itu, apabila wisatawan masih ingin tinggal lebih lama di CMC Tiga Warna, wisatawan dapat mendirikan tenda untuk berkemah di Pantai Gatra. Kawasan destinasi ekowisata bahari ini juga dilengkapi dengan aminities berupa spot foto berlatar berlakang Pantai Tiga Warna, toilet di beberapa titik kawasan, warung makan, area parkir, dan tempat persampahan.

Satu tahun terakhir ini, Indonesia maupun dunia sedang dihebohkan oleh penyebaran virus Covid-19 yang memberikan dampak sangat luas dari berbagai sisi, baik ekonomi, sosial, dan lain-lain. CMC Tiga Warna pun tak luput terdampak oleh pandemi Covid-19. Semenjak 13 Juli 2020, Pemerintah Kabupaten Malang memutuskan untuk menutup daerah tujuan wisata pantai yang terletak di sepanjang Jalur Lintas Selatan (JLS), Kabupaten Malang untuk memutus mata rantai dan menekan penyebaran Covid-19. Penutupan sementara tersebut dilakukan karena kurangnya pengawasan dari petugas kepada para pengunjung dalam menerapkan protokol kesehatan. CMC Tiga Warna mulai menutup kunjungan untuk sementara sejak tanggal 26 Maret 2020. Namun, kini sebanyak 10 objek wisata di Kabupaten Malang telah diizinkan untuk dibuka kembali saat pandemi Covid-19 ini, salah satunya yaitu MC Tiga Warna, karena sudah mengantongi sertifikasi dari Disparbud Kabupaten Malang. Sertifikasi ini menyatakan bahwasanya CMC Tiga Warna telah memenuhi protokol kesehatan dan siap mentaati dan menerapkan berbagai aturan selama New Normal secara tertib supaya terhindar dari kluster baru Virus Covid-19. CMC Tiga Warna sendiri kembali menerima kunjungan pada tanggan 8 Agustus 2020 dengan tahapan reservasi seperti peraturan yang ada. Selama waktu penutupan sementara, pihak pengelola CMC Tiga Warna telah melakukan persiapan dan simulasi SOP untuk menghadapi masa new normal serta pemulihan ekosistem dan pembangunan nilai sosial. Namun, untuk kegiatan berkemah di Pantai Gatra masih belum dibuka kembali dikarenakan belum adanya izin oleh dinas terkait.

Terkait dengan protokol kesehatan CMC Tiga Warna, pihak pengelola akan memberikan file protokol kesehatan CMC Tiga Warna untuk calon wisatawan melalui media online. Ketika sampai di kawasan CMC Tiga warna, wisatawan dihimbau untuk mengenakan masker atau pelindung wajah, membawa hand sanitizer dengan kadar alkohol minimal 70%, dan sarung tangan jika dibutuhkan dalam menolong orang lain. Wajib dilakukan pengecekan suhu tubuh bagi wisatawan maupun kru yang bertugas. Bagi yang terdeteksi dengan suhu tubuh lebih dari 37,3oC dipersilahkan untuk istirahat selama 2 jam di pos satgas Covid-19, jika keadaan membaik maka dipersilahkan masuk, akan tetapi jika suhu badan tetap maka dilarang memasuki kawasan CMC Tiga Warna. Selain itu, dilakukan pula penyemprotan barang bawaan dan aturan physical distancing serta cuci tangan menggunakan sabun atau memakai hand sanitizer. Untuk kegiatan atraksi, wisatawan disarankan untuk menggunakan alat-alat pribadi yang memungkinkan untuk dibawa.

Referensi :

Sumber-sumber Pembiayaan SPAM Di Indonesia (Studi Kasus SPAM Semarang Barat)

Sumber Pembiayaan SPAM di Indonesia Sumber pembiayaan adalah cara yang digunakan untuk memperoleh sumber daya keuangan yang diperlukan dan...